Pengalaman memang menjadi guru terbaik sekaligus terpahit yang menyadarkan kita banyak hal. Salah satunya tentang kesehatan. Memasuki Syawal yang lalu, seolah menjadi hal normal kalau kita sakit.
Lho kok? Saat Ramadhan kita menjaga asupan makan, minimal saat puasa, ritme aktivitas seolah teratur mengikuti jadwal ramadhan. Dan saat Syawal semua bablas. Terutama soal makanan. Ini sangat Dewi akui.
Meski sebenarnya saat Ramadhan dan sebelumnya, batuk flu mulai parah. Tapi survive seminggu setelahnya sembuh. Saat Ramadhan juga terulang lagi fase yang sama, batuk flu seminggu lalu sembuh. Syawal kejadian lagi, kali ini batuk flu parah di sertai mengi(bunyi asma). Cuma karena capek karena agenda padat dan tidak jaga asupan makan. Sampai-sampai ketika berobat ke klinik, berharap dapat obat malah yang keluar rujukan. Separah itu?
Kejutan belum selesai saat minggu kedua Dewi menjumpai dokter spesialis Paru, dr. Waluyo. Hasil foto thorax, paru dalam kondisi tidak baik-baik saja. Gimana maksudnya? Dewi gak bisa menjelaskan secara detail, karena bukan orang medis kan ya. Tapi bentuk paru-paru bagian bawah sudah tidak seperti bentuk normal , terjadi pembesaran volume paru sehingga menjepit posisi jantung. Ini mungkin yang membuat dada kiri terkadang nyeri meski sesaat. Belum lagi sesak setelah aktivitas berat, atau pergerakan cepat. Pembuluh paru juga cukup kelihatan. Berikut foto nya.
![]() |
Hasil foto thorax Dewi |
Kabar baiknya, batuk dan sesak memang sangat berkurang, meski belum hilang total, tapi sangat lumayan dari sebelum minum obat. Dewi juga melakukan tes tiup. Ini untuk melihat kemampuan bernafas paru kita, dan hasilnya nafas Dewi masih berat, restriktif berat istilah nya. Padahal saat tes itu, batuk Dewi sudah sangat mendingan.
Sebulan itu sepertinya Dewi berada di titik terendah, serasa hidup tak kan lama lagi. Terus buat wasiat? Gak juga, belum ada yg bisa diwariskan, kwkwkw. Intinya jangan abai sama kondisi tubuh.
Penyebab sakit
Oh ya, Dewi belum bilang jenis penyakitnya ya. Bronkitis akut plus asma. Penyebabnya banyak, terlalu lelah, tidak menghindari pemicu batuk flu, karena ini bisa jadi triger. Satu lagi, Dewi itu sangat abai pake masker.
Bayangkan Dewi setiap hari naik kendaraan untuk anter Ibal ke sekolah, ngajar, dll, gak pernah merasa penting untuk pakai masker. Sekarang? Ngerasa teramat rugi kalau gak pakai masker, dan benci dengan perokok di area publik. Ahhh.
Sebelumnya memang Dewi ada riwayat Asma. Sudah sembuh dan gak pernah kumat karena memang serius diobati Mamak. Bener-bener gak pernah kumat, namun sekarang serasa amat terkejut. Kata dokter, kondisi seperti ini, bukan karena sakit beberapa bulan, tapi terbentuk dalam waktu tahunan. Memang Dewi kadang pagi/sore flu, tapi Dewi anggap biasa karena cuaca dingin. Padahal inilah bibit sakit itu timbul. Kalau satu dua hari mungkin wajar, tapi ini berlangsung hampir setiap hari.
Dan lagi, kondisi batuk flu yang cukup parah dan berulang setiap bulan atau dengan rentang waktu yang teratur, hati-hati ya. Jangan acuh dan lebih aware ke tubuh kita.
Kondisi Negri Kita
Jika ada yang bilang Negri kita sedang baik-baik saja. BIG NO. Kita sedang terpuruk di berbagai aspek. Kita fokus ke satu aja, kondisi alam. Beruntunglah untuk kalian yang tinggal di daerah yang banyak pepohonan. Karena cuaca kita teramat buruk. Tingkat polusi sangat tinggi. Gak usah cerita yang di daerah dekat industri, di perkotaan pun, udara sudah tidak sehat. Pemerintah lebih suka membangun gedung-gedung tinggi, tapi lupa dengan ruang hijau.
Untuk di Medan saja, taman kota, ada sih. Tapi apa lokasinya menyebar? TIDAK. Malah beberapa taman berada di lokasi yang berdekatan. Ah, payah cakap kata orang Medan.
Mari kita simak beberapa fakta. Di Indonesia tercatat sebanyak 889ribu kasus TBC. Sedangkan untuk bronkitis mencapai 1,6 juta jiwa, Asma 12 juta dan pneumonia 8,7 triliun. Sungguh angka yang sangat fantastis. Data ini diambil dari Kemenkes RI, Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Repository Stikes Bethesda Yakkum.
Penanganan
Dengan kondisi yang bisa dibilang ‘terlanjur’, mau ditangisi gimana juga gak akan berubah. Tetap harus ikhtiar supaya umur bisa lebih panjang. Apa aja yang bisa dilakukan?
![]() |
Latihan nafas |
Pertama, aware sama badan. Tidur jangan terlalu malam, jaga ritme aktifitas artinya jangan terlalu capek, pakai masker kemana pun, olahraga dan latihan nafas.
Jadi sekarang gak minum obat-obatan semacam pil lagi, hanya obat hisap. Ini untuk melatih supaya nafas tidak berat dan bisa mencapai ambang batas normal. Jadi KVP (Kapasiti Vital Paksa) Dewi hanya mencapai 40,8 %, padahal normalnya >80 %. Bayangkan masih separuhnya. Maka sangat beralasan dokter mengatakan nafas Dewi berat. Memang kala itu, untuk tarik nafas panjang, Dewi gak mampu. Jika normalnya paru kita mengembang lalu mengempis saat bernafas. Maka paru Dewi gak bisa mengembang secara sempurna, ini yang membuat Dewi gak bisa tarik nafas panjang.
Maka Dewi diberi obat hisap, selain untuk melatih kemampuan bernafas, juga ada obat didalamnya, yang memang bisa memperbaiki kemampuan bernafas. Juga berolah raga, atau minimal memanfaatkan kondisi pagi untuk latihan nafas. Bernafas aja pakai latihan. Sepele ya, tapi fatal kalau abai.
Sekarang alhamdulillah, mulai bisa tarik nafas agak panjang, meski ini cuma asumsi Dewi aja. Akan ada evaluasi di bulan ke enam pemakaian obat hisap, semoga hasilnya baik. Bantu doa ya kawan-kawan.
Semoga kita juga bisa lebih jaga kesehatan, tetap pake masker kemana pun, jaga kesehatan, jangan sepele dengan sakit dan mulai ubah gaya hidup. Makin tua, makin kita harus aware sama diri. Sehat-sehat kita ya. 😊
Kemarin tu yang Kakak bilang sakit paru, mau tanya lebih lanjut tapi segan. Eh rupanya diulas di blog. Semoga lekas-lekas membaik kondisinya ya, Kak. Dan semoga dimudahkan urusannya.
BalasHapusJadi teringat sama kata orang orang tua zaman dulu yang seriiiing banget awak dengar sampai sekarang... Kalau pagi itu abis subuh jangan tidur, luangkan waktu jalan pagi menghirup udara luar, pinomat 15 menit. Ngaruh banget sih memang. Cuman awaknya aja yg malas dengan alasan... Jalan juga nya awak bolak-balik dapur ngerjain kerjaan pagi. Iya memang tapi kan beda udaranya😁
Iya wi, sangat berpengaruh. Klo mmg pagi gk ada aktivitas kyk ngajar k skolah ato kerja, yg mmg jam nya saklek, manfaat kn la udara pagi, skalian olah raga ringan. Anggap aja ini cara kita manjakan tubuh biar sehat
BalasHapusAlm kakak iparku meninggal akibat TBC yang sudah menjalar menyerang ke organ2 lain. Penyebabnya sering mengabaikan batuk yg berkepanjangan, dan kondisi rumah yg sangat minim sinar matahari. Semoga mba Dewi lekas membaik ya, sehat2 untuk kita semua
BalasHapusInnalillahi, turut berduka ya kak. Klo rumah alhamdulillah masih dpt sinar matahari, tp mmg lokasi kamar paling belakang, dan hanya ada jendela kamar, meski akses pintu gk pala jauh.
BalasHapusAmiin, makasih ya kak
Mirip anakku yg usia 10 th mbak. Bronkitis akut dan asma. Baru tahunya setelah 1 tahunan gara2 batuk pilek tiap bulan demam dan suka ngedrop. Kata dokter itu batuk alergi. Sampe disuruh tes alergi. Tapi aku ngga mau. Sm dokter disuruh perhatikan makanan yg bikin alergi. Tiap habis makan apa kalo batuk berarti dia alergi seperti cokelat, ciki2an, goreng2an bahkan ayam aja jg pernah jd batuk2 terus disuruh berhenti dulu. Tapi kok ngga mungkin. Masak ngga makan ayam. Daging mahal banget. Ikan juga bosen. Terus aku minuman susu kambing murni mbak Tiap pekan. Setahun ini membaik qodarullah mbak. Udah ngga tau batuk parah sampai demam. Ngga Tiap bulan juga. Pernah sesekali tp cuma bentar. Dulu demam meski seminggu sembuh. Sekarang biasanya cuma 2harian. Qodarullah.
BalasHapusIya mbak, susu kambing mmg obat asma. Yg asli ya? Klo sya mmg krg suka. Jgn kan susu kambing, susu yg putih aja susah habiskan nya. Coba di hindari pemicu nya kk, misal goreng2an kyk kerupuk, yg dingin2 sama asap polusi. Klo ayam rasa sih gk. Mga sehat2 jg anaknya ya
HapusSyafakillah ya Wi. Membaca tulisan Dewi, kk agak syok. Meskipun kk tidak mengalami sakit seperti Dewi. Cuma 2 bulan sakit batuk ditambah sesak nafas. Kk bisa merasakan yang Dewi alami. Selalu semangat ya Wi. InsyaAllah, Dewi selalu sehat.
BalasHapusAmiiin. Makasih ya kak 😊🥰
HapusBenar kak, kalau kita sudah pernah punya riwayat sakit sebaiknya harus betul-betul aware saat ada keadaan tubuh yang tidak semestinya karena jika telat dapat sangat mengganggu kesehatan dibandingkan dengan yang belum mengalami riwayat sakit
BalasHapusiya bang, syukur lah ketahuan skrg. Sempat udh lbh parah lg, gk tau gmna sulit nya pengobatannya.
HapusSyafakillah kak Dewi, adik saya juga udah keluar hasil rongtennya. Bentukkannya mirip juga seperti punya kakak. Dia diagnosa TB paru, ya pengobatannya obat OAT itu setiap pagi minimal 6 bulan. Dulu sebelum dikasih obat itu dia nggak mau makan. Sekarang kerjanya, makan terus.
BalasHapusKyk ibal jg. Tp klo TB ada kabut nya kn ya. Cuma TB gk sesak nafas. Batuk2 iya
HapusMembaca postingan ini membuat saya merasakan kekhawatiran dan salut akan usaha serta perjuangannya. Semoga Dewi selalu diberi kekuatan dalam menjalani proses pemulihan.. Tetap semangat ya,
BalasHapusAmin ya rabb. Makasih akak. Semangat kita ya. Mmg slagi hidup ada aja ujiannya. Biar kita naik kelas 😊
Hapus