Keju, adalah satu dari komposisi bahan yang cukup dikenal. Dalam memasak atau dunia kuliner, keju memberikan cita rasa yang khas. Yang kita tahu, pengolahan keju terdapat di negara-negara barat seperti Belanda, Swiss, Spanyol, Italia, Prancis, Jerman dan Amerika Serikat. Ternyata Indonesia juga sudah memiliki pabrik keju sendiri. Yaitu di Boyolali, Lembang, Yogyakarta dan Bali. Namun pelopor dari seluruh pabrik keju di Indonesia adalah Boyolali.
Awal Mula
Kota Boyolali adalah kota pertama yang berhasil memproduksi keju di Indonesia. Ialah Noviyanti, pria asal Boyolali yang mampu mengolah keju lokal dengan rasa internasional yaitu Keju Indrakila. Yang menarik disini, pabrik keju ini berhasil menyerap pekerja lokal, plus keberadaannya juga memberi dampak positif bagi peternak setempat. Gimana ceritanya?
Berawal dari penyerapan hasil panen susu yang kurang maksimal di Boyolali, saat hasil panen sedang tinggi, susu sapi sampai dibuang ke sungai, karena tidak ada pabrik pengolah susu atau konsumen yang mau menampung susu lagi. Dari sinilah Novi, panggilan akrabnya, berusaha keras untuk menemukan pengolahan susu terbaik.
Ia memilih untuk memproduksi keju, meski pembuatannya masih tradisional.
Proses Pembuatan
Awalnya susu disuling, kemudian pasteurisasi sampai tujuh puluh derajat lalu diturunkan menjadi lima puluh derajat. Setelah mencapai suhu tersebut, dimasukkan bakteri A, lalu diaduk. Lalu dimasukkan lagi bakteri B, agar terjadi proses koagulasi atau pengasaman.
Setelah proses pencampuran ini, susu didiamkan satu jam agar bakteri bisa bekerja. Nantinya susu akan membentuk seperti gel, kemudian dipotong. Hasilnya akan membentuk 2 bagian, curd dan whey.
Curd adalah bagian yang nantinya diolah lagi menjadi keju, sedangkan whey adalah limbahnya. Namun whey tidak dibuang begitu saja. Ia bisa menjadi pupuk tanaman dan pakan sapi, jelas Warjo salah satu pekerja lama Noviyanto.
Pabrik keju Indrakila terletak di Jalan Profesor Suharso Nomor 41 Desasa Kiringan, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali.
Tutur Warjo, dengan adanya pabrik keju Indrakila, ia bisa tahu bagaimana proses pembuatan keju mulai dari penyulingan susu, proses pasteurisasi, pencampuran bakteri hingga menjadi keju. Semua ia pelajari dari Noviyanto mulai dari nol. “Kuncinya mau belajar, disiplin, jujur, kerja keras dan tekun, “ papar Warjo.
Pekerja yang awalnya hanya satu kini ada sebanyak sembilan orang. Awalnya hanya memproduksi susu 20 liter, sekarang mencapai 1000 liter. Bahkan kalau lagi rame atau musim liburan bisa mencapai 3000 liter. Susu yang diambil, juga dari kualitas susu terbaik yang ada di Boyolali.
Disini kita bisa melihat, Keju Indrakila sangat memberdayakan peternak setempat juga memberikan dampak positif dengan limbah keju yang bisa dipakai menjadi pupuk tanaman juga pakan ternak. Tidak salah jika Noviyanto menjadi salah satu penerima Anugrah Satu Indonesia Award dari PT. Astra Internasional Tbk pada tahun 2012.
Kisah panjang
Kesuksesan membangun pabrik keju ini, juga didapatkan dari proses yang panjang bagi Noviyanto. Berawal dari Novi yang bekerja sebagai asisten ahli produksi olahan susu dari Jerman, Benjamin Siegl.
Benjamin Siegl adalah tenaga ahli dari Deutscher Entwicklungs Dienst (DED), yaitu lembaga pemerintahan Jerman yang membantu usaha atau proyek kecil di dunia. Benjamin dan Noviyanto bertugas mencari solusi terkait pengolahan susu di Boyolali. Boyolali adalah penghasil susu terbesar di Indonesia.
Pada tahun pertama, 2008. Novi mendampingi Ben untuk melakukan survey dan pemetaan daerah yang memiliki kualitas susu yang baik dan tidak. Dan ini mereka laporkan ke Bupati Boyolali.
Setelah setahun pemetaan dan survey, mengetahui dimana daerah yang memiliki kualitas susu terbaik, Novi mencoba membuat keju. Karena keju memiliki unsur pembuatan susu paling banyak, juga dipakai oleh berbagai kalangan.
Mereka membuat satu unit usaha baru untuk pengolahan susu. Noviyanto melanjutkan usaha pabrik keju sendiri karena Benjamin sudah kembali ke Jerman pada 2010. Namun Ben tetap membantu Novi dari jarak jauh.
Seiring waktu, produksi keju semakin meningkat, menghasilkan berbagai jenis keju dan penjualannya mencapai tingkat nasional. Jenis keju yang dihasilkannya yaitu mozarella, feta, mountain, mountain chilli, feta blackpeper, feta olive oil dan boyobert.
Boyobert sendiri adalah varian keju indrakila yang terinspirasi dari keju Italia yaitu Camembert. Harga yang dipatok juga cukup beragam, mulai dari 125,000 hingga 200,000 per kilogram. Penjualan juga sudah mencapai Pulau Jawa, Solo, Bali dan Yogyakarta.
Manfaat bagi Warga
Selain menjual hasil produksi dari pabrik keju Indrakila sendiri, Noviyanto juga memberikan peluang kepada pengusaha lokal yang mengolah susu juga untuk menjual barang produksinya di tokonya. Sehingga tidak hanya produk keju yang tersedia, ada nugget keju, es krim, yogurt, sempol, permen susu hingga sabun susu.
Suami dajuga kerap diundang dalam kegiatan seminar atau mendampingi pengusaha lainnya. Pabrik keju Indrakila sangat membantu peternak sapi Boyolali, terutama saat produksi susu melimpah.
Selain mampu menyerap tenaga kerja dari Boyolali, banyak manfaat yang dirasakan masyarakat setempat. Mulai dari peternak sapi, karena pabrik keju membutuhkan pasokan susu sebagai bahan baku serta limbah dari keju bisa menjadi pakan ternak. Petani juga, karena limbah dari keju bisa dipakai sebagai pupuk yang menghasilkan tanaman yang subur. Juga pengusaha UMKM yang mengolah susu, bisa memasarkan jenis produk olahan susu lainnya.
Titik kesuksesan yang diraih Noviyanto ini, tak lepas dari tekad kuatnya untuk memberdayakan komoditi lokal secara maksimal, karena sebelumnya pengolahan dari susu dari warga setempat belum mampu menyerap produksi susu yang banyak. Tidak hanya belajar bagaimana mengolah keju, pria yang bahkan lulusan arsitektur ini membuat perencanaan bisnis yang matang, mengontrol permodalan, membuat koperasi para peternak, koordinasi produksi, hingga pemasaran yang potensial.
Ia berharap keju lokal bisa dikenal lebih luas dan diterima oleh masyarakat Indonesia, agar bisa mensejahterakan peternak lokal, tutur Novi.



Jadi teringat deh pernah ngelihat keju pernah dibuang gitu aja dengan alasan sudah basi. Padahal kita butuh tangan-tangan yang bisa mengolahnya menjadi sesuatu yang lebih bernilai dan bermanfaat.
BalasHapusBener hen. Dan gak gampang juga membuat jg mengolahnya dgn tepat. Jd laku di pasar
HapusBerarti merek kejunya ini Indrakila gitu ya kan. Awak kurang tahu harga pasaran keju. Apakah keju Indrakila ini kalau di pasar Indonesia jadi yang paling murah? Mengingat produk lokal.
BalasHapusOiya, itu bakteri A dan Bakteri B nama samaran bakteri atau memang nama bakterinya itu, Kak? 😁
Dari sumber nya mmg cuma begitu disebut Wi. Nnt cba kita googling lg ya
HapusBangga banget dengan hadirnya sosok Noviyanto ini karena bisa memproduksi keju lokal sehingga secara tidak langsung juga mendukung perekonomian lokasl juga.
BalasHapus(maria tanjung sari)
HapusNah itu loh saya juga baru tahu ada penghasil keju lokal. Bayangin di lokal sendiri nggak tahu, tahunya itu keju impor dari luar negeri aja. Heheh ...
HapusItu yang warna kuning agak bening itu keju? Kok unik ya warnanya.. keju tuh harganya lumayan mahal mungkin karena produksinya juga ngga mudah..kalo lokal gini harusnya bisa lebih murah dan masyarakat bisa makan banyak keju. Karena aku suka kejuuu
BalasHapusItu mahal krn per kilo kk. Sama aja sih klo kita beli yg biasa tp kemasan kecil.
HapusKeren banget Novi. Baru tahu Kota Boyolali adalah kota pertama yang berhasil memproduksi keju di Indonesia. Di mana ya bisa kita beli keju Indrakila ya, Dik?
BalasHapusSy baru tahu di Boyolali ada pabrik keju keren. Saat ke sana, kalau tahu ini, sy akan mencari keju Boyolali deh. Tapi kok kurang dikenal ya? Semoga ekspansinya terus meluas ya hingga nasional dan internasional.
BalasHapusKeren banget kota Boyolali memiliki pabrik keju. Warna kejunya yang kuning agak bening itu ya Wi?
BalasHapusBentukan kejunya bedaa, ih jadi penasaran banget pengen nyobain. Kayaknya keju ini lebih menarik dicoba, apalagi buatan lokal kan yak
BalasHapus