Langsung ke konten utama

Zona Nyaman?

 

Sebagian orang merasa lebih tenang berada pada zona nyaman, menikmati aktivitas seperti air mengalir tanpa hambatan yang berarti. Jujurly, Dewi sendiri juga tipe orang seperti ini. Tapi ntah kenapa akhir-akhir ini seperti terkontaminasi dengan circle. 

Syukurnya, ini bukan sesuatu yang negatif, malah sebaliknya. Kadang Dewi berpikir, segampang itu ya terpengaruh, kwkwkw.  Semua bermula saat Dewi dan teman-teman hadir pada pertemuan dari FLP Sumut yg pematerinya adalah Kang Ali Muakhir. Yang namanya sudah banyak tersohor sebagai penulis buku anak. Dan sudah beberapa tahun juga Kang Ali menjadi juri dalam sayembara menulis buku anak, yaitu Gerakan Literasi Nasional (GLN). 

Dewi datang ke pertemuan tersebut bukan karena ingin ikut GLN, tapi karena diingatkan ketua organisasi untuk ikut. Karena waktunya malam, jujur itu masa kritis banget, karena sudah capek beraktivitas seharian. 

Kenapa Dewi gak ada keinginan untuk ikut? Karena Dewi sadar, gak handal di penulisan fiksi pun menulis cerita anak bukan sesuatu yang gampang. Lebih sulit dari menulis cerpen. 

Ajaibnya sepulang dari pertemuan itu, Dewi ber-azam, aku harus ikut. Minimal naskahku sampai ke meja juri. Dalam pertemuan itu, kami di berikan kunci untuk menang. Secara garis besarnya saja,  karena Kang Ali punya kelas khusus jika ingin belajar secara detail. Tapi menurut Dewi, bekal itu sudah lebih dari cukup. Sisanya? Tanya temen yang paham betul tentang lomba ini. 

Lebih Gong nya lagi, kwkwkw, salah satu teman di FLP menyarankan untuk membuat grup khusus untuk lomba GLN. Apa gak makin menggila, hahaha. Grup pun Dewi buat dan kami banyak berdiskusi tentang teknis penulisan, juga administrasi lomba. Karena satu saja syarat tidak lengkap, maka naskah akan gugur secara administrasi, miris kan? Dah capek ngerjainnya, haha. 

Tanggal 20 Juli adalah deadline submit naskah. Tidak sampai sebulan Dewi menyiapkan naskah. Tapi naskah anak ini memang, tidak banyak teks. Namun harus singkron dengan ilustrasi, dan bahasannya juga ringan, ya namanya juga untuk bacaan anak. Dan Alhamdulillah Dewi bisa submit di hari terakhir. Lama karena kita juga minta beberapa data dari ilustrator, juga finishing gambar dari ilustrator. Cukup banyak drama. Deg-deg an juga karena di awal rencana sore udah submit, eh akhirnya malam juga 😆. Gak apa-apa, yang penting udah submit ya. Semoga rezeki. 

Usai GLN kami diburu untuk mengikuti ILPN, ini skala lokal dan jenis tulisannya juga non-fiksi. Tentu Dewi banget. Meski memang tema tulisan yang agak njelimet. Tapi karena waktu gak banyak lagi, segera aja Dewi cari ide. Alhamdulillah bisa submit tepat waktu, meski belum rezeki menang, karena baru hari ini (Senin) keluar pengumuman.

Dari sekian pengalaman Dewi mengikuti lomba, sebenarnya kita bisa melakukan hal yang selama ini dianggap tidak bisa. Dan setelah selesai, seperti ada kepuasan dan kebanggaan tersendiri. Memang terbesit rasa lelah, tapi untuk selanjutnya kita tidak akan insecure lagi untuk mencoba. Meski belum berhasil, setidaknya mau mencoba kan?

Apa kamu juga pernah melakukan sesuatu diluar dari zona nyaman?



Komentar

  1. Sama lah Kak, awak juga tipe2 yang sangat2 terpengaruh sama lingkungan. Bisa dipastikan itu kalau awak ikut juga pertemuan sama Kang Ali itu, pasti ikut terpecut juga buat ngumpulin naskah GLN...untung enggak di Medan awak ya..eh...Wkkk...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malah bagus la hahaha. Kk jd kepikiran, ikut SIBI juga la kwkwkw

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beberapa Poin Penting dalam Berinfaq

          Di bulan Ramadhan, banyak orang yg berlomba-lomba dalam beramal ibadah. Mulai dari Qiyamullail, tadarus, infak, sedekah, zakat, dll. Kali ini Dewi ingin membahas salah satunya, yaitu infaq.        Seperti janji Dewi, tulisan ini bersumber dari kitab Syarah Riyadush Shalihin, karya Imam An-Nawawi jilid 1. Dewi tertarik membaca sebuah hadist yang membahas tentang infaq.        “Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Dan mulailah berinfak dari orang yang menjadi tanggunganmu. Sebaik-baik sedekah adalah yang diberikan oleh orang yang memiliki kelebihan. Barang siapa menahan diri dari meminta-minta, maka Allah akan mencukupkan kebutuhannya. Dan barangsiapa merasa kaya, maka Allah akan membuatnya kaya.” (HR. Bukhari)       Banyak sekali point menarik yang bisa kita ambil dari hadist tersebut, yaitu: 1. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.      Tangan di atas adalah oran...

Ngapain Lagi Di Bulan Syawal?

       Usai nya Ramadhan berganti dengan Syawal. Ibadah puasa ramadhan telah selesai begitu juga dengan shalat Tarawih. Saat nya merayakan kemenangan, dengan saling bermaafan dan silaturahim dengan sanak keluarga.       Ada rasa lega yang tak terucap setelah berhasil melewati ‘pesantren’ istilah yang ku sebut, dalam waktu sebulan ini. Meski ada juga rasa sedih karena berpisah dengan bulan penuh berkah dan berharap kelak akan bertemu lagi. Amiin.       Setelah Ramadhan selesai, ada beberapa ibadah yang memang tidak dikerjakan lagi. Namun di bulan Syawal ternyata punya anjuran ibadah khusus. Hukumnya sunnah muakkad, yaitu puasa Syawal. Dan juga dianjurkan tetap melanjutkan ibadah rutin yg sudah kita latih selama Ramadhan, seperti tilawah, qiyamul lail, shalat Dhuha, dll.     Singkatnya, sebelas bulan yang kita lalui sebelum bertemu Ramadhan lagi adalah menuai apa yang kita latih selama Ramdadhan. Ya, tidak ada kata istirahat...

Siaga Mata Kering dengan Insto Dry Eyes

      Menjadi guru dan penulis (ehmmm), Dewi dituntut untuk prima dan stand by di situasi apa pun. Misal saat mengajar, guru sebaiknya memiliki looks atau tampilan yang bagus saat mengajar. Bukan cuma tentang pakaian tapi kesiapan dalam mengajar. Jika mengajar dalam kondisi yang kurang sehat, atau ada saja organ tubuh yg sakit, sangat tidak maksimal tentu dalam mengajar.         Kontak mata saat mengajar itu penting ya. Membuat si anak jadi semakin yakin dan fokus dalam belajar. Artinya kesehatan mata sangat penting bagi seorang guru, (semua profesi sih ya, hehe). Belum lagi mitos jika mata kita merah, maka akan menular. Arghhh.       Begitu juga sebagai penulis, kita dituntut untuk banyak membaca, sehingga tidak terhindarkan screentime dengan gadget atau laptop dalam waktu yang tidak bisa dipastikan. Sudah pasti mata lelah dan tidak nyaman rasanya.       Ternyata mata lelah, mata merah, terasa sepet dan ker...