Langsung ke konten utama

Jalan-Jalan, Penting Gak Sih?

 

Saat jalan-jalan ke Pemandian Pariban

            Berwisata atau jalan-jalan adalah hal yang menyenangkan bagi Dewi, apalagi setelah menjadi seorang ibu. Meski jalan-jalan ini bisa ke mall, berkunjung ke rumah keluarga, Dewi ingin memfokuskan cakap-cakap kita tentang jalan-jalan ke tempat wisata. Dan mungkin lebih enak disingkat dengan istilah jalan-jalan ya 😊.

            Cerita tentang jalan-jalan, rasanya adalah sesuatu yang wah bagi ibu-ibu. Selain soal duit hehe. Kenapa wah? Tentu setelah melalui 1x24 jam, 7 hari seminggu, 30 hari sebulan dengan rutinitas yang itu-itu saja, cukup penat. Belum lagi menghadapi tingkah anak-anak yang ‘lucu’, berbagai persoalan sehari-hari, fresh sekali rasanya membayangkan bisa jalan-jalan.

          Terkhusus Sobat Dewi yang berada di Sumut, udah pernah jalan-jalan kemana? Mungkin sebagian ada yang menjawab Danau Toba, Bukit Lawang, Brastagi atau yang di sekitaran Medan seperti Istana Maimun, Mesjid Raya, Rumah Tjong A Fie, dll. Cukup banyak ya tujuan wisata untuk di Medan, tinggal sesuaikan budget dan waktu libur.

          Namun kali ini Dewi ingin membahas, apa sih pentingnya jalan-jalan untuk kita? Apa hanya sekedar mengisi waktu libur atau menghabiskan sisa tabungan? Yuuk kita ulas satu per satu.

1. Merilekskan pikiran

Pasti kita cukup populer dengan istilah healing. Meski sejatinya, secara psikologi makna healing adalah penyembuhan, tapi kini healing lebih dipahami sebagai jalan-jalan. Namun tidak bisa dipungkiri setelah jalan-jalan pikiran akan terasa lebih ringan, meski tidak mengurangi beban kerja atau masalah yang sedang dihadapi paling tidak, pikiran diberi jeda untuk ‘bernafas’.

Pemandian Bah Damanik


2. Membangun kreativitas

Mungkin banyak diantara kita yang tidak menyadari manfaat ini. Manfaat ini berlaku saat kita jalan-jalan ke alam ya. Kenapa disebut membangun kreativitas? Saat kita berada di alam, kita tidak diberi banyak kemudahan seperti di kota. Misal saat kamping, bagaimana bisa mendirikan tenda, memasak masakan sederhana namun lezat, dll. Tentu tanpa kreatifitas kita tidak akan mampu menjalaninya.


3. Membuat badan lebih bugar dan sehat.

Manfaat ini Dewi cantumkan karena memang saat di alam mau gak mau kita akan terpapar dengan matahari, menghirup udara segar, beraktivitas seperti berjalan, berenang dan kegiatan lain yang menuntut fisik untuk bergerak.


Pengunjung di lokasi Air terjun Sipiso-piso 


4. Membangun hubungan erat dengan keluarga atau kerabat.

Dengan siapa kita jalan-jalan, bisa dipastikan dapat membuat kita semakin dekat dengannya. Dan ini memang terbukti efektif. Misal kita adalah orang tua yang sehari-hari sibuk bekerja, jalan-jalan adalah momen yang tepat untuk merapatkan lagi hubungan dengan anak. Sekaligus meninggalkan kesan positif dan pengalaman menarik pada anak-anak.



5. Semakin mengagumi keindahan ciptaan Allah.

Teringat dulu saat kuliah, beberapa kali pernah mengikuti kegiatan tadabbur Alam. Kami pergi ke suatu tempat, lalu sesampainya disana, kami diajak untuk mensyukuri betapa indahnya alam yang memang diciptakan untuk kita. Mengakui keagungan Allah, dan bersyukur atas nikmat yg diberikan. Rasa syukur secara gak langsung memberi kita efek positif dan membuat hati serta pikiran lebih tenang.

Nah, dari 5 manfaat diatas, poin berapa yang sudah kita dapatkan? Semoga semua poin bisa kita rasakannya. Catatan penting saat jalan-jalan, pasti tidak dalam kondisi yang sempit, misal memaksakan di saat kondisi keuangan tidak memungkinkan atau dalam kondisi yang kurang fit. Bukannya makin sehat, pulang jalan-jalan malah makin sakit. 😁


Komentar

  1. Berhubung memang aku suka jalan-jalan maka bisa dikatakan bahwa memang bepergian alias jalan-jalan ini sangat penting, Kak. Tentunya kita butuh untuk merefleksikan diri ya kan biar engga fokus kerja dan cari cuan aja nih.

    BalasHapus
  2. Bener kak. Klo istilah kami emak2 blg, biar tetap waras 😁

    BalasHapus
  3. Semua manfaat yang tertulis di atas sudah kurasakan semua dan memang aku menikmatinya. Setiap jalan2 rasanya energiku diisi kembali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, plong rasanya ya kk. Batre semangat pun full kembali 😊

      Hapus
  4. Meskipun judulnya jalan-jalan, nomor lima itu penting banget dan jangan dilupakan untuk menumbuhkan iman anak kepada Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kak. Kdg kita yg suka luput ya, krna terlena liat panorama 😆

      Hapus
  5. Aku b aja sih soal jalan2, tapi gegara punya anak mabokan jd makin males ke mana2. Untunglah gak stres 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, k tempat yg deket2 aja kak, jd gk smpat mabok 😊

      Hapus
  6. Jalan-jalan selalu jadi solusi saya dan keluarga buat healing, biasanya weekend. tempatnya macem-macem yang penting bisa healing. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener bang. Weekend tu enaknya jalan2, terasa garinh klo d rumah aja, kcuali pas lg byk krjaan 😁

      Hapus
  7. Jalan-jalan itu memang salah satu cara refreshing paling oke apalagi kalau memang tempat yang sudah diimpikan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngapain Lagi Di Bulan Syawal?

       Usai nya Ramadhan berganti dengan Syawal. Ibadah puasa ramadhan telah selesai begitu juga dengan shalat Tarawih. Saat nya merayakan kemenangan, dengan saling bermaafan dan silaturahim dengan sanak keluarga.       Ada rasa lega yang tak terucap setelah berhasil melewati ‘pesantren’ istilah yang ku sebut, dalam waktu sebulan ini. Meski ada juga rasa sedih karena berpisah dengan bulan penuh berkah dan berharap kelak akan bertemu lagi. Amiin.       Setelah Ramadhan selesai, ada beberapa ibadah yang memang tidak dikerjakan lagi. Namun di bulan Syawal ternyata punya anjuran ibadah khusus. Hukumnya sunnah muakkad, yaitu puasa Syawal. Dan juga dianjurkan tetap melanjutkan ibadah rutin yg sudah kita latih selama Ramadhan, seperti tilawah, qiyamul lail, shalat Dhuha, dll.     Singkatnya, sebelas bulan yang kita lalui sebelum bertemu Ramadhan lagi adalah menuai apa yang kita latih selama Ramdadhan. Ya, tidak ada kata istirahat...

Beberapa Poin Penting dalam Berinfaq

          Di bulan Ramadhan, banyak orang yg berlomba-lomba dalam beramal ibadah. Mulai dari Qiyamullail, tadarus, infak, sedekah, zakat, dll. Kali ini Dewi ingin membahas salah satunya, yaitu infaq.        Seperti janji Dewi, tulisan ini bersumber dari kitab Syarah Riyadush Shalihin, karya Imam An-Nawawi jilid 1. Dewi tertarik membaca sebuah hadist yang membahas tentang infaq.        “Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Dan mulailah berinfak dari orang yang menjadi tanggunganmu. Sebaik-baik sedekah adalah yang diberikan oleh orang yang memiliki kelebihan. Barang siapa menahan diri dari meminta-minta, maka Allah akan mencukupkan kebutuhannya. Dan barangsiapa merasa kaya, maka Allah akan membuatnya kaya.” (HR. Bukhari)       Banyak sekali point menarik yang bisa kita ambil dari hadist tersebut, yaitu: 1. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.      Tangan di atas adalah oran...

Siaga Mata Kering dengan Insto Dry Eyes

      Menjadi guru dan penulis (ehmmm), Dewi dituntut untuk prima dan stand by di situasi apa pun. Misal saat mengajar, guru sebaiknya memiliki looks atau tampilan yang bagus saat mengajar. Bukan cuma tentang pakaian tapi kesiapan dalam mengajar. Jika mengajar dalam kondisi yang kurang sehat, atau ada saja organ tubuh yg sakit, sangat tidak maksimal tentu dalam mengajar.         Kontak mata saat mengajar itu penting ya. Membuat si anak jadi semakin yakin dan fokus dalam belajar. Artinya kesehatan mata sangat penting bagi seorang guru, (semua profesi sih ya, hehe). Belum lagi mitos jika mata kita merah, maka akan menular. Arghhh.       Begitu juga sebagai penulis, kita dituntut untuk banyak membaca, sehingga tidak terhindarkan screentime dengan gadget atau laptop dalam waktu yang tidak bisa dipastikan. Sudah pasti mata lelah dan tidak nyaman rasanya.       Ternyata mata lelah, mata merah, terasa sepet dan ker...