Dewi Chairani blog

Mengenal Fase Tumbang (Tumbuh Kembang) Anak dan Delayed Development (Terlambat Perkembangan)

                Anak tentu menjadi harapan setiap orang tua terutama ibu. Melihat mereka sehat, aktif bergerak, bisa berbicara sudah pasti menjadi penyemangat sekaligus pelipur hati dikala letih. Lalu apa yang terjadi saat harapan itu tidak berlangsung seperti yang diinginkan? Tentu semua orang tua akan melakukan apa pun agar anaknya bisa tumbuh berkembang dengan baik.
 
Bahagia melihat anak dengan tumbang yang normal
         Bicara soal tumbang, atau tumbuh kembang, setiap anak memiliki tahapan tumbuh kembang dengan rentang waktu yang jelas. Misal, mulai berjalan dari umur 9 – 18  bulan. Lalu apa yang terjadi jika lebih dari 18 bulan anak tersebut belum berjalan juga? Inilah yang disebut delayed development (terlambat perkembangan). Maka sudah sewajarnya setiap orang tua memahami tahapan tumbuh kembang anak, kapan ia mulai belajar merangkak, duduk, berdiri dan lainnya. Karena yang terjadi kini, banyak ibu yang masih minim pengetahuan soal tumbuh kembang anak. Ini peringatan juga bagi saya yang lost controll soal tumbang.
                Well, biar lebih jelas, kita bahas soal masa tumbuh kembang anak ya.
1.  Bulan ke 2 dan ke 3 biasa bayi sudah mulai mengangkat kepala
2. Bulan ke 4 dan ke 5, bayi sudah mulai tengkurap dan meraih benda yang ada di sekelilingnya
3. Bulan ke 6 hingga ke 8, bayi sudah mulai belajar duduk.
4. Bulan ke 8 hingga 12 bayi sudah mulai belajar berdiri berpegangan, memukul, bertepuk tangan, menunjuk benda hingga berdiri dengan tangan berpegangan. Nah, untuk berjalan sendiri batas paling lama 18 bulan. 
fase anak mulai dari merangkak-berdiri- berjalan
           Itulah  penjabaran tumbuh kembang dari hal motorik. Mengenai perkembangan bicara anak, biasa anak mulai berbicara jelas mengatakan mama-papa, di umur 10-11 bulan. Di umur 1 tahun anak sudah mulai bisa menunjuk sesuatu yang diinginkan. Pada tahun ke 2 biasa anak sudah mulai lancar berbicara.
                Sedikit catatan kecil, setiap anak memiliki fase tumbuh kembang yang berbeda, mungkin ada yang memiliki keterlambatan beberapa bulan. Tetapi jika keterlambatannya sudah jauh terlambat, maka ada baiknya orang tua berkonsultasi dengan dokter spesialis anak.  Untuk bisa mencari solusi bagaimana mengatasi keterlambatan anak.
                Lalu bagaimana jika ada yang tertinggal jauh dari tumbuh kembang umumnya? Maka bisa jadi anak tersebut mengalami terlambat perkembangan (delayed development). Delayed development sendiri mencakup 3 hal secara garis besar, ada yang menyangkut motorik saja, motorik dan kemampuan bicara (global delayed development), ada juga kemampuan bicara saja (delayed speech). Jadi memang sebagai orang tua kita harus memahami terlebih dahulu masuk kategori yang mana.

Global developmental delay
            Global developmental delay (GDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan ketidakmampuan intelektual yang biasanya ditandai dengan rendahnya fungsi intelektual bersamaan dengan keterbatasan yang signifikan.  GDD disebabkan oleh beberapa hal, antara lain kromosom dan genetik, kelainan bawaan lahir, kelainan pada struktur bagian otak, prematuritas/ prematur, infeksi kongentinetal, dan berbagai kondisi lain yang mengakibatkan terganggunya perkembangan dari otak dan tulang belakang.
                Ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mengetahui penyebab GDD. Pemeriksaan tersebut akan disesuaikan dengan kondisi anak dan dilakukan evaluasi bertahan oleh dokter yang menangani. Beberapa diantaranya dapat dicegah ataupun diringankan kondisinya dengan intervensi dini.
                Beberapa tanda anak yang mengalamani GDD antara lain:
1. Anak belum mampu membalikkan badan sendiri (tengkurap) tanpa bantuan pada umur 6 bulan
2. Anak belum mampu duduk dengan bantuan pada bidang datar di umur 8 bulan
3.  Anak belum mampu merangkak sendiri di usia 1 tahun
4. Anak mengalami kesulitan berbicara. Contohnya, anak belum dapat mengucapkan “mama” pada usia 1 tahun dan belum bisa mengucapkan 2 kata yang berhubungan pada usia 2 tahun.
5. Kelainan tingkah laku, seperti tingkah laku yang agresif atau tingkah laku yang bersifat autistik.
6. Anak mengalami hambatan pada sisi kognitif dan sosial.

Fisioterapi pada bayi
           Dalam beberapa kasus, GDD dapat didiagnosa setelah kelahiran atau pada tahun pertama kehidupan. Ini mirip kasusnya seperti anak saya Iqbal. Kami baru ngeh  kalau dia GDD di umur hampir setahun. Namun tidak jarang juga, GDD baru terdiagnosa ketika anak berada pada usia sekolah.
                Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui apa penyebab terjadinya GDD, agar bisa dinilai apakah perlu dilakukan suatu intervensi tertentu untuk menyelamatkan kondisi anak. Sebagian besar anak GDD tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan, melainkan dilakukan intervensi seperti fisioterapi, terapi okupasi (terapi  pada motorik kasar dan halus pada tangan serta organ tubuh atas) dan terapi wicara (bicara).

Terapi Bicara
    Keterlambatan mengetahui bahwa anak mengalami GDD juga akan mengakibatkan keterlambatan dalam mengejar ketertinggalan perkembangan anak. Ini sering terjadi, karena orang tua sendiri kurang informasi mengenasi fase tumbuh kembang anak dan GDD sendiri. Sebagian juga ada yang merasa bahwa keterlambatan hanyalah hal yang biasa, menganggap bahwa anak nantinya akan mampu berjalan juga.
                Intinya, perkaya informasi kita tentang tumbuh kembang anak, bisa melalui googling dan lain lain. Setelah itu pantau dan analisa, apakah tumbuh kembang anak kita sudah sesuai dengan fase standardnya. Misalnya di umur berapa ia bisa duduk, berdiri, berjalan dan berbicara. Jika ada keterlambatan, tidak ada salahnya kita konsultasikan ke dokter spesialis anak. Agar jika memang anak kita mendapati gejala GDD maka bisa ditangani secara dini. Sekedar informasi, untuk BPJS sendiri sekarang masih memfasilitasi untuk anak yang ingin fisioterapi karena GDD. Secara, kalau bunda terapi lewat jalur umum, biaya bisa sampai ratusan ribu per sekali fisioterapi. Sedangkan fisioterapi sendiri bersifat continue (berkelanjutan) minimal seminggu sekali lho bunda (tergantung anjuran dari diagnosa dokter). Ini agar dokter bisa benar-benar menganalisa perkembangan si anak setiap periode, contohnya sebulan sekali, maka akan ada konsultasi dengan dokter fisioterapi.
                Selain fisioterapi di rumah sakit, anak juga harus kita fisioterapi sendiri di rumah. Ketika anak di fisioterapi di rumah sakit, perhatikan bagaimana terapis (orang yang melakukan fisioterapi) men-terapi anak kita. Tanya-tanya saja kalau ada yang kurang paham. Karena sepanjang yang saya jalani, terapis-terapis ini pada ramah-ramah dan terkadang mereka sendiri menyarankan berbagai cara latihan di rumah agar menunjang kemajuan perkembangan si anak. Disinilah kita butuh yang namanya ketelatenan. Ini masih pe-er besar bagi saya juga. Meluangkan waktu paling tidak satu jam per hari khusus hanya untuk men-terapi anak.  Membaguskan mood anak juga perlu sebelum fisioterapi, agar tidak terlalu rewel. Karena terkadang dibeberapa gerakan terapi ada rasa sakit yang dirasakan anak. Ya gimana pintarnya bunda menyiasati ini. Selain mood anak, bagus kan mood bunda nya sendiri, hehe. Sabar, jangan terburu-buru dan usahakan kita tetap happy. Menjaga kesehatan anak juga perlu, karena kita tidak bisa memaksakan terapi ketika kondisi anak tidak fit, seperti demam, diare, lemas, dll. 
 
Saya dan Iqbal


             Last but not least, “SEMANGAT” untuk para bunda yang juga memiliki anak ‘spesial’ sama seperti Iqbal. Ikhlas dan tetap berusaha. Boleh pasang target, tapi jangan patah semangat ketika target itu belum terpenuhi. Terus ikhtiar dan berdoa. Allah yang Maha Pemberi dan Maha Kuasa atas segalanya kan. Tidak ada usaha yang sia-sia. Bagi saya sekarang, hal yang terpenting adalah Iqbal tetap sehat sehingga fisioterapinya bisa tetap jalan. Sedikit jenuh juga kalau harus dibawa kusuk tradisional. Selain anak merasakan sakit yang lebih karena dikusuk, akan menimbulkan efek trauma juga. Itu juga yang dialami Iqbal. Tetapi disisi lain, saya juga tidak melarang kalau ingin usaha lain selain fisioterapi. Intinya kita tidak mengabaikan kondisi anak hanya karena keinginan kita mengejar ketertinggalannya. Karena setiap anak punya hak untuk menikmati masa kanak-kanaknya. Meski dengan segala kondisi yang dimilikinya. Yang saya yakini bunda, setiap anak pasti memiliki kelebihan dibalik kekurangan yang ia miliki. Seperti Iqbal sekarang, alhamdulillah bicara sudah lancar di umur 3 tahun lebih, motorik kasar tangan kirinya sangat cepat meski kanannya masih belum begitu aktif, tapi kalau kita suruh sesuatu ia faham. Ia juga bisa menyambung lagu yang bahkan baru lagu yang di dengarnya semalam, bisa mengucapkan lafaz ta’awuz dan basmalah dengan bahasa anak-anaknya. Bisa juga menyambung surah pendek seperti Al-fatihah, dan An-nas. Ala kita rajin dan biasa mengeksplor dimana kelebihannya agar anak kita menjadi spesial seperti anak-anak lainnya. Jangan lupa tersenyum dan bahagia ya Bunda. 

Sumber: Inarare.org
gambar : google dan facebook
               

Dewi chairani

Menghasilkan karya yang mampu menginspirasi dan menjadi manusia pemberi manfaat.

2 Komentar

  1. Gemesin kali ibal yah kak. Sekali" bawa yah kak biar jmpa 😊

    BalasHapus
  2. Kadang d bawa juga kok. Makanya ulfa rajin datang, hehe

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama