Langsung ke konten utama

Manfaat Puasa bagi Kesehatan Mental

 


Jujur saat awal membaca tema ini, saya bingung hendak menulis apa. Tapi setelah searching dan membaca beberapa artikel terkait, ternyata ada fakta menarik antara Ramadhan dan kesehatan mental.


    Beberapa minggu sebelum Ramadhan, kita cukup shock dengan berbagai cerita kriminal yg dipicu justru oleh sakit mental. Mulai dari ibu yg membunuh anaknya, sekeluarga bunuh diri, dll. Miris ya.


      Dari beberapa literatur yang saya baca, ternyata puasa memiliki efek samping yang baik bagi penderita sakit mental. Kok bisa? Yuk kita bahas. 


Puasa adalah Terapeutik Penyakit Mental


     Seperti yang kita pahami selama ini, puasa adalah ibadah menahan lapar, haus, juga mengendalikan emosi. Nah, untuk melahan lapar dan haus, setiap orang mampu melakukannya, meski sejatinya ini tidak mudah bagi mereka yang tidak terbiasa. 


     Tentang mengendalikan emosi, justru banyak orang yang lalai. Padahal dalam mengendalikan emosi banyak sekali manfaat yang kita dapatkan. 


    Menurut Prof. Dr. Hj. Siti Nur Azizah, M.A yang merupakan Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengembangan, Kerja Sama, Teknologi Informasi dan Komunikasi UNESA , puasa bisa menjadi terapi untuk menenangkan dan menentramkan jiwa. Ketika puasa kita dilatih untuk mengendalikan emosi sehingga membuat diri lebih terkontrol. 


     Puasa merupakan tarapeutik untuk menjaga kesehatan mental. Apa itu tarapeutik?Terapeutik merupakan suatu hal yang diarahkan kepada proses dalam memfasilitasi penyembuhan pasien. Pasien disini kita maksudkan adalah orang yang memiliki masalah kesehatan mental. 


     Artinya puasa bisa menjadi obat bagi kesehatan mental. Secara tidak sadar, puasa ternyata melakukan perubahan hormon pada diri kita. Saat kita berpuasa, hormon kortisol yang berkaitan dengan respons tubuh saat stres dan menghasilkan hormon endorfin (kebahagiaan).


     Kedengaran ajaib ya, saat kondisi tubuh lapar dan haus, justru hormon endorfin muncul. Mari kita telisik lebih jauh. 


Mengenal Hormon yang Keluar Saat Berpuasa


   Ketika kita berpuasa, hormon endorfin keluar. Hormon endorfin adalah hormon yang membuat kita merasa bahagia. Nah, tidak hanya hormon endorfin yang keluar, tetapi serotonin, NGF dan BDNF. 

Zat kimia ini mampu membuat suasana hati jadi baik, bertanggung jawab pada memori juga kesejahteraan umum. 


  NGF adalah zat kimia yang berperan dalam meningkatkan pertumbuhan sel saraf. Sedangkan, BDNF adalah protein yang merangsang neurogenesis yang menghasilkan neuron baru di otak. Terbentuknya neuron baru ini sebagian besar terjadi di hippocampus yang merupakan area otak yang mengatur suasana hati dan proses kognitif lainnya. Jadi, dengan mengatur pertumbuhan saraf, ditambah dengan meningkatnya serotonin dapat meredam kecemasan dan stres, serta meningkatkan suasana hati secara keseluruhan.

      Jadi sekarang udah paham ya, kenapa puasa bisa meredam stres dan emosi. Pengaruh dari berbagai ibadah yang kita lakukan, juga tidak bisa ditampik. Seperti mengaji, sholat sunnah, tarawih, qiyamullail, hingga sedekah. Kesemuanya memiliki efek positif pada hati dan pikiran kita, seperti perasaan tenang, senang, puas dan berbagai perasaan baik lain. 

 Kita Butuh Berpuasa

   Jangan jadikan puasa sebagai beban, takut tidak kuat dan kekhawatiran lainnya. Dicoba aja dulu, dan pastikan kita sahur dengan menu gizi seimbang. 

      Kalau saya sendiri, usahakan ada sayur/buah ketika makan sahur dan jangan minum teh manis terlalu banyak gula karena akan membuat tubuh lemas. Dewi mengantisipasinya dengan minum teh herbal, manisnya sekedar saja, jadi aman. Karena biasa kita para emak, butuh yang hangat sebagai penangkal ngantuk.  

 Sejatinya memang, tubuh kita butuh puasa. Itu kenapa bulan puasa  hadir sekali dalam setahun. Sebagai ajang untuk ‘maintenance’ bagi organ juga sistem tubuh kita. Selain itu juga melatih diri untuk mengontrol emosi, nafsu, menjaga keteraturan dalam beribadah serta ajang mengumpulkan pahala juga berkah yang di bulan Ramadhan. 

    Nah, dengan setelah tau banyak manfaat positif dari berpuasa khususnya untuk kesehatan mental, harus lebih semangat lagi ibadahnya dan jangan lewatkan satu hari pun untuk berpuasa.

      




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngapain Lagi Di Bulan Syawal?

       Usai nya Ramadhan berganti dengan Syawal. Ibadah puasa ramadhan telah selesai begitu juga dengan shalat Tarawih. Saat nya merayakan kemenangan, dengan saling bermaafan dan silaturahim dengan sanak keluarga.       Ada rasa lega yang tak terucap setelah berhasil melewati ‘pesantren’ istilah yang ku sebut, dalam waktu sebulan ini. Meski ada juga rasa sedih karena berpisah dengan bulan penuh berkah dan berharap kelak akan bertemu lagi. Amiin.       Setelah Ramadhan selesai, ada beberapa ibadah yang memang tidak dikerjakan lagi. Namun di bulan Syawal ternyata punya anjuran ibadah khusus. Hukumnya sunnah muakkad, yaitu puasa Syawal. Dan juga dianjurkan tetap melanjutkan ibadah rutin yg sudah kita latih selama Ramadhan, seperti tilawah, qiyamul lail, shalat Dhuha, dll.     Singkatnya, sebelas bulan yang kita lalui sebelum bertemu Ramadhan lagi adalah menuai apa yang kita latih selama Ramdadhan. Ya, tidak ada kata istirahat...

Beberapa Poin Penting dalam Berinfaq

          Di bulan Ramadhan, banyak orang yg berlomba-lomba dalam beramal ibadah. Mulai dari Qiyamullail, tadarus, infak, sedekah, zakat, dll. Kali ini Dewi ingin membahas salah satunya, yaitu infaq.        Seperti janji Dewi, tulisan ini bersumber dari kitab Syarah Riyadush Shalihin, karya Imam An-Nawawi jilid 1. Dewi tertarik membaca sebuah hadist yang membahas tentang infaq.        “Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Dan mulailah berinfak dari orang yang menjadi tanggunganmu. Sebaik-baik sedekah adalah yang diberikan oleh orang yang memiliki kelebihan. Barang siapa menahan diri dari meminta-minta, maka Allah akan mencukupkan kebutuhannya. Dan barangsiapa merasa kaya, maka Allah akan membuatnya kaya.” (HR. Bukhari)       Banyak sekali point menarik yang bisa kita ambil dari hadist tersebut, yaitu: 1. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.      Tangan di atas adalah oran...

Siaga Mata Kering dengan Insto Dry Eyes

      Menjadi guru dan penulis (ehmmm), Dewi dituntut untuk prima dan stand by di situasi apa pun. Misal saat mengajar, guru sebaiknya memiliki looks atau tampilan yang bagus saat mengajar. Bukan cuma tentang pakaian tapi kesiapan dalam mengajar. Jika mengajar dalam kondisi yang kurang sehat, atau ada saja organ tubuh yg sakit, sangat tidak maksimal tentu dalam mengajar.         Kontak mata saat mengajar itu penting ya. Membuat si anak jadi semakin yakin dan fokus dalam belajar. Artinya kesehatan mata sangat penting bagi seorang guru, (semua profesi sih ya, hehe). Belum lagi mitos jika mata kita merah, maka akan menular. Arghhh.       Begitu juga sebagai penulis, kita dituntut untuk banyak membaca, sehingga tidak terhindarkan screentime dengan gadget atau laptop dalam waktu yang tidak bisa dipastikan. Sudah pasti mata lelah dan tidak nyaman rasanya.       Ternyata mata lelah, mata merah, terasa sepet dan ker...